ponedjeljak, 13. kolovoza 2007.

If you interested in how the Universe works, think like an Architect...


˝ If you interested in how the Universe works, think like an Architect and act like a Developer. But live your life in the Missing Point´ (Amannagappa)
--------------------------------

Dua malam sudah kelompok kerja ´Studio Kopi Kental´ menghabiskan waktu untuk mengerjakan tugas mata kuliah ´Maket´ di rumah Kiki.

Mereka adalah delapan orang Mahasiswa Fakultas Teknik, jurusan Arsitektur semester IV, Universitas Megah Sakti. Sebuah Universitas ternama kota itu.

Kelompok kerja tersebut, terbagi dua sub kelompok ´Kopi Kental Manis´ (KKM) dan ´Kopi Kental Pahit´ (KKP) dan masing masing sub kelompok terbagi empat orang. Anggota sub kelompok ´KKM´ adalah Mawar Kintamani (Kiki), Victorius Tunasbangsa (Viktor) , Ningrum Agrivita Mahmud (Nining) dan Anthony Sulung Putra (Toni). Sementara anggota ´KKP´ adalah Allyda Vanya Arnaz (Lyd), Galigo Patalino (Ligo), Hasniar Maharani (Rani) dan Taufik Mulawarman (Opik)

Tugas ´Maket´ yang mereka kerjakan harus tuntas dalam waktu dua minggu, terhitung sejak tugas tersebut dirilis oleh tim dosen, tiga hari sebelumnya. Setiap anggota kelompok harus menjalani proses ´asistensi´ kepada masing-masing dosen pengajar yang telah ditentukan oleh ketua tim sejak tahap konsep -secara individu- pada tahap ide dan gagasan berdasarkan ´input´ dan data kebutuhan ruang, lokasi dan kapasitas. Dan selanjutnya, dalam tahap proses gagasan menuju tahap desain, asistensi mulai dilakukan secara kolektif, berdasarkan sub kelompok dan jenis maket, berdasarkan tugas masing-masing.

Maket yang dikerjakan kelompok KKM adalah miniatur sebuah taman rekreasi yang berlokasi di pinggir pantai. Dan kelompok KKP, mengerjakan miniatur sebuah kompleks perumahan dan pertokoan.

Studio mereka, terletak di pavilliun depan rumah keluarga Kiki, anak seorang pejabat teras Propinsi, yang dilengkapi ´dapur kering´ yang kecil. Sementara untuk kebutuhan makan malam, mereka memesan dari warung nasi yang tidak jauh dari studio tersebut.

Malam itu, Lyd -yang juga sebagai bendahara studio- bersama dengan Nining, mendapat giliran tugas menyiapkan makanan, kopi dan beberapa penganan.

˝Ning, aku harus pulang nih, masalahnya ada yang kelupaan. Gimana yah, bingung aku...˝ Ucap Lyd pada Nining di dapur, setelah mereka selesai membuat kopi sebagai persiapan bergadang, malam itu .

˝Sudah hampir tengah malam nih Lyd, mobilmu tadi dijemput si Ina, kan?... sebaiknya minta si Ligo yang bonceng. Tapi,... ˝ Nining berhenti sejenak, menatap wajah Lyd, lalu melanjutkan, ˝ Kamu kayaknya tidak saling omong beberapa hari ini, masih marahan sama diakah?...˝ Jawab Nining, sambil merapikan cangkir-cangkir di atas baki, siap untuk diantar di ruang gambar.

˝Uhk, tau tuh, itu orang kadang ngomong nggak tau perasaan orang, sebel tauk!˝ Wajah Lyd yang manis itu berubah cemberut.

Sementara orang yang mereka perbincangkan -Ligo- sedang berada di teras luar, merokok, sambil berbicara melalui telpon genggam. sekalipun dia dikenal dengan ´black´ humornya, malam itu wajah Ligo kelihatan cukup serius. Viktor duduk di samping, juga sedang merokok. Aturan untuk tidak merokok dalam studio adalah hasil kesepakatan bersama, yang diajukan oleh para anggota kelompok cewek.

˝Oke, cobalah cari lagi, siapa tahu dapat. Aku jemput arsipnya kira kira lima belas menit lagi aku cabut dari sini, ciao!˝ Suara Ligo sengaja di tekan, sepertinya dia tak ingin ada yang mendengarkan pembicaraannya barusan.

˝Gimana Ligo, apa bisa Dedy dapatkan arsipnya?...˝ Viktor setengah berbisik.

˝Tauk tuh, Dedy bilang sementara nyari... Yuk, siap siap deh, kita cabut dulu.˝ Ligo kemudian membunuh rokoknya, lalu masuk ke studio untuk mengambil jaket kulit berwarna coklat gelap model potongan jaket seorang Pilot.

˝Go, boleh dong kamu tolong antar si Lyd pulang, katanya ada yang kelupaan tuh, nggak tau apa... Alasan aja kaliii...˝ Saat Ligo sedang memakai jaket, Nining berinisiatif untuk meminta tolong padanya agar mau mengantar pulang Lyd, tetapi sekalian malah meledek.

˝Lho, memangnya tadi dia kesini pake apa, sih?... Terbang ya...˝ Ligo menjawab sekenanya, tetapi tetap berjalan keluar, tak sedikitpun berpaling ke Lyd, yang saat itu sedang duduk di sudut.

Lyd sendiri sebenarnya punya kendaraan pribadi, mobil kijang yang diberikan oleh orang tuanya khusus untuk kebutuhan transportasi bagi kepentingan kuliah Lyd. Namun karena semalam sebelumnya, mobil tersebut hanya nangkring tak terpakai di halaman rumah Kiki, sehingga tadi siang Lyd meminta Ina -adiknya- untuk menjemput pulang mobil tersebut.

Ada sedikit kekecewaan yang dirasakan oleh Lyd, ketika ternyata inisiatif dari Nining tidak bakalan ditanggapi serius oleh Ligo, yang nampaknya punya rencana keluar bersama Viktor. Selain itu, Lyd juga selama ini sangat menikmati jika digonceng oleh Ligo di atas sepeda motor 750 cc, cukup besar yang dimodifikasi seperti model motor milik Tom Cruise dalam film ´Top Gun´.

Ketika Ligo melewati sudut dimana dia duduk, Lyd memberanikan diri -sekaligus menelan egonya- atau untuk menjustifikasi ledekan Nining, bahwa dia tidak hanya sekedar mencari-cari alasan, maka Lyd memutuskan untuk berbicara pada Ligo.

˝Uhmm.. uh... Ligo, saya lupa membawa buku asistensiku... Padahal besok pagi jam depalan tepat jadwal saya untuk asistensi konsep. Anu... Uhmmm... Kalau besok baru saya pulang untuk mengambil buku itu, saya tidak keburu untuk tepat waktu...˝ Lyd akhirnya menyelesaikan kalimat itu, meskipun dengan terbata-bata.

˝Saya keluar dengan Viktor˝ Jawab Ligo singkat, sekali lagi tanpa menoleh sedikitpun pada gadis manis yang oleh rekan-rekan sekampus, mereka digosipkan sebagai pasangan kekasih.

Dengan jawaban singkat itu Lyd terdiam, dan tak berani lagi melanjutkan ucapannya. Apalagi telah dua malam ini, sejak mereka terlibat dalam tugas maket ini, Viktor dan Ligo selalu bergegas keluar tengah malam. Kecuali Opik, tak ada yang tahu kemana tujuan mereka. Sepertinya dirahasiakan kepada teman-teman kelompok kerja lainnya.

˝Friends, aku nggak lama kok, paling lama dua jam aku balik lagi. Ni, Opik check aja draft yang aku tulis untuk ´pengorganisasian ruang´ di kolom ´Gagasan´ kalau udah klop, di plot aja ke kalkir...Ciao!˝

˝Bawa oleh-oleh kalau balik, kalau nggak, mending nggak usah balik lu...˝ Rani berseloroh.

˝Elu balik cepat, janji ya... Awas lho, kelayapan tengah malam, gimana nih Lyd?˝ Opik menjawab Ligo sambil -sekali lagi- meledek Lyd.

Lyd hanya menatap punggung Ligo yang terbungkus jaket kulit, bergegas sambil menggenggam kunci dan telpon genggam. Viktor telah menunggu di luar.

˝ Dy, di tempat kemaren, 20 menit dari sekarang... Apa?...˝ terdengar samar-samar Ligo berbicara dengan seseorang melalui telpon genggam.

Ada sesuatu yang difikirkan, tepatnya dikhawatirkan oleh Lyd dan nampaknya tidak diketahui oleh rekan-rekan mereka, termasuk Ligo dan gengnya.
Sesuatu yang mengganjal itu adalah, mengenai rumor yang dibicarakan oleh para dosen muda: Apakah Ligo dan gangnya itulah -oleh rumor dosen muda- disebut-sebut sebagai ˝Kontan˝? Sebuah kelompok ´misterius´ yang berarti ´Komunitas Tanpa Nama´? Ada diantara mereka -para dosen muda itu- memplesetkannya sebagai ´Komunitas Tanpa Tuhan´.

Yang jelas bagi ingatan Lyd adalah sejak terbitnya sebuah artikel singkat tapi tajam di majalah dinding kampus mereka, terdengar berbagai cerita-cerita yang bagi Lyd sangat membingungkan.

Manuskrip selengkapnya